Aqidah Islamiyyah (Bag.14)
Bagian 14
Penamaan Ahlussunnah wal jama’ah adalah penamaan benar dan jujur yang membedakan antara aqidah yang lurus dengan aqidah yang menyimpang dari firqah-firqah yang berjalan diatas jalan yang sesat yang tidak mengikuti petunjuk Nabi ﷺ.
Diantara firqah-firqah yang menyimpang itu, ada yang mengambil Aqidahnya dari akal manusia atau mengambil aqidahnya dari ilmu kalam yang diwarisi dari filsafat yunani atau dari maqalah-maqalah dan madzhab-madzhab yang batil, adapun Ahlussunnah mereka mengambil aqidah dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi ﷺ serta Ijma’.
Diantara Contoh Firqah-Firqah Yang Menyimpang:
- Firqah Jahmiyah, penisbatannya kepada seorang yang bernama Jahm bin Sofwan.
- Firqah Zaidiyyah penisbatannya kepada Zaid bin Ali bin Husain.
- Firqah Kullabiyyah yang dinisbatkan juga kepada Abdullah bin kullab.
- Firqah Karramiyyah yang penisbatannya kepada Muhammad bin Karram, atau firqah-firqah yang lainnya, yang mana penamaannya diambil dari akal pemimpin mereka.
Ada juga yang mengambilnya dari asal perbuatan mereka, seperti:
- Rafidhah (asyi’ah Rafidha) karena mereka menolak Imamah Abu Bakr dan Umar. disebut dengan Rafidhah, rafdh yang bermakna menolak, mereka menolak ke-Imamah-an Abu Bakr dan Umar radiyallahu ‘anhuma.
- Firqah Qadariyyah, karena mereka menolak takdir.
- Firqah Bathiniyyah, yang mana mereka mengklaim bahwa nash-nash itu ada dzahir dan ada yang bathin.
- Firqah Murji’ah, yang mana mereka itu tidak memasukkan amal dari keimanan.
- Dan firqah Mu’tazilah, dari kata I’tizal (menyendiri dan menyingkir), diambil dari perbuatan pemimpin mereka yang bernama washil bin atha yang menyingkir dan menjauhkan dirinya dari majlis gurunya yaitu Hasan Bashri, dan lain-lainya dari firqah-firqah yang menyimpang.
Inilah beberapa contoh dari firqah-firqah yang menyimpang, yang seyogianya kita ketahui dan kita pelajari tentang mereka, agar kita waspada dan tidak terjatuh kepada kesalahan dan penyimpangan mereka, mungkin ada diantara kita yang bertanya,“Apakah faedah mengenal dan mempelajari firqah-firqah tersebut?”
Untuk menjawab hal ini maka saya nukil jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah ketika ditanya:
“Apakah faedah untuk para penuntut ilmu mempelajari firqah Mu’tazilah, Jahmiyyah dan khawarij padahal firqah-firqah itu tidak ada dimasa ini?”
Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah menjawab:
“Mempelajari firqah-firqah mubtadi’ah (ahlul bid’ah) di zaman ini ada faedahnya, yaitu: agar kita mengetahui dasar-dasar mengambilan (pijakan) dari firqah-firqah tersebut agar kita dapat membantah mereka jika mereka ada, dan memang hakikatnya mereka benar-benar ada, perkataan si penanya, bahwa sekarang mereka tidak ada itu dibangun atas pengetahuannya, akan tetapi yang maklum menurut kami dan selain dari kami dari orang-orang yang mencermati keadaan-keadaan menusia, bahwa firqah-firqah tersebut ada, ada juga ada aktifitasnya dalam menyebarkan bid’ah-bid’ah mereka, oleh karena itu kita harus pelajari ra’yu-ra’yu (mereka) ini, sehingga kita tahu keburukannya dan kita tahu yang benar dan kita bantah orang-orang yang berjidal tentangnya.”
(Kitabul ‘Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin t. Hal 128.)